Selamat Datang di Blog Desa Sembung Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah Indonesia

Rabu, 25 November 2015

Warga Desa Sembung Kecamatan Banyuputih memiliki berbagai macam adat atau kebiasaan yang sudah terjadi secara turun temurun. Kegiatan tersebut tidak lepas dari unsur keagamaan yang cukup kental. Berikut adalah beberapa contoh kegiatan yang berkaitan dengan adat di Desa Sembung.


Rutinitas para ibu-ibu Dusun Dukuhsari melaksanakan pengajian yang dilaksanakan setiap hari Sabtu malam. Acara tersebut dimulai ba’da isya dan tempat pelaksanaannya bergilir dari rumah satu ke rumah lainnnya. Dalam pengajian tersebut selain membaca yasin juga diadakan doa bersama untuk anggota keluarga yang telah meninggal. Adanya kegiatan pengajian tersebut selain itu beribadah dan berdoan kepada Allah SWT, tetapi juga dapat mempererat tali silaturahmi antar warga.

Untuk memperingati Tahun baru Hirjiyah, sekecamatan Banyuputih mengadakan acara santunan kepada anak Yatim Piatu. Acara ini diadakan di lapangan Desa Sembung yang dipanitiai oleh Majelis Ta’lim Dzikir dan Sholawat “RIJALUL ANSOR” yang dipimpin oleh pimpinan ranting Fatayat-Muslimat NU.

Makam Wali Sabuk Alu berada didusun dukuh sari desa Sembung kecamatan Banyu Putih. Akam ini ditemukan pada tahun 1967. Konon katanya makam ini merupakan makam pejuang agama. Makam ini dipercayai oleh masyarakat sekitar Desa Sembung sebagai makam seorang tokoh yang berpengaruh di Desa Sembung. Sehingga banyak orang yang mendatangi makam tersebut untuk berziarah.
Pada tahun 2002 akhirnya makam diperbaruhi dan dipugar menyerupai masjid kecil. Hal ini bertujuan agar para peziarah merasa nyaman untuk berziarah kemakam. Seiring berjalannya waktu disekitar makam wali Sabuk Alu dijadikan sebagai pemakaman umum diwilayah Desa Sembung.

Keterangan : Makam lain yang berada di desa Sembung tepatnya terletak di dusun Pagedangan. Ini merupakan makam Syeh Abdullah Abu

Dahulu ada seorang musafir dari Gringsing yang  bernama Ki Ageng Gringsing, beliau selalu berkelana dengan dongkatnya yang berupa kayu dari pohon Kendal. Suatu ketika Ki Ageng Gringsing singgah untuk beristirahat dan menunaikan ibadah shalat dihutan yang sekarang dikenal sebagai dukuh kendal sari. Sebelum menunaikan ibadah shalat ia menancapkan tongkatnya dan setelah shalat beliau melanjutkan perjalanannya kurang lebih 3 km dari Kendalsari ketika diperjalanan beliau teringat akan tongkatnya pada saat singgah di Kendalsari, kemudan beliau kembali untuk menggambil tongkat setelah sampai dan melihat tongkat kayu kendal itu tumbuh dan berdaun beliau pun tidak jadi mengambilnya. Tongkat yang tumbuh menjadi pohon itu sekarang bernama Pohon Kendalen yang menjadi penanda dukuh Kendalsari. Nama dukuh kendalsari diambil dari nama tongkat Ki Ageng Gringsing yaitu Kendal, sedangkan arti Sari pohon kendal sangat bermanfaat bagi warga.

0 komentar:

Posting Komentar

Kepala Desa

Desa Sembung

Desa Sembung

Total Pengunjung

Popular Posts

Featured Posts

Terjemah Berbagai Bahasa

Kalender

Berita Populer